Kerajaan-kerajaan di maros membentuk “PA’BULOSIBATANGANG”

Maros memiliki posisi strategis diantara dua kerajaan besar yakni Bone dan Gowa. Posisi ini seringkali dimanfaatkan oleh dua kerajaan besar ini berikut Belanda untuk menguasai Maros. Hal ini menciptakan upaya perlawanan secara terus-menerus oleh penguasa-penguasa lokal di Maros.

Tercatat pada tanggal 21 Mei 1777, La Pottokati Arung Baringeng,Ponggawa Bone, memimpin lasykarnya membebaskan Maros dari belenggu kekuasaan Gowa yang pada waktu itu dibawah pemerintahan I Sangkilang Batara Gowa. Bertolak dari pembebasan tersebut maka para 5 Penguasa lokal yakni KaraEng Marusu’, KaraEng Simbang, KaraEng Tanralili, KaraEng Bontoa dan Sullewatang Raya dengan segera membentuk forum komunikasi “ TODDO LIMAYYA RI MARUSU’ “.

Peristiwa 21 Mei 1977 ini tertulis dalam Lontara’ Marusu’ :
“…….niya’mi assulu’ Bone ambunduki Gowa ri wattunna niya’ ri Marusu’ I Sangkilang Batara Gowa, nasisambe-sambe Gowa na Bone na Balandayya angngatai Marusu’ siyagang pa’rasangang niyaka ri ampi’na Marusu’, iyami Simbang, Bontoa, Raya siyagang Tanralili. Kammanamo anjo nappakarammula ero’ sikontu KaraEnga naero’mo ampareki pa’bulosibatangang nanikanamo Toddo Limaya Ri Marusu’, kalimai KaraEng tena pasisa’lakangna……………..”

Berdirinya TODDO LIMAYA RI MARUSU sebagai forum pemersatu kemudian diikuti oleh kerajaan-kerajaan yang berada di sebelah timur Maros dengan membentuk federasi “LEBBO’ TENGNGAE” yang merupakan gabungan dari perikatan kerajaan “PITU BILA-BILA” (Cenrana, Camba, Mallawa, Labuaja, Gattareng Matinggi, Wanua Waru dan Balocci) dan kerajaan-kerajaan wilayah selatan Maros dengan federasi “GALLARANG APPAKA” (Bira, Sudiang, Moncongloe dan Biringkanaya).

Komunikasi ketiga forum pemersatu yang terjalin dengan semangat kekeluargaan disertai rasa senasib dan sepenanggungan tersebut melahirkan permufakatan bersama dalam bentuk “ TENRE’ TELLUE RI MARUSU’ “.

Perlawanan Rakyat Maros terhadap Belanda pun tetap berlangsung. Dan pada tanggal 4 February 1855, La Mappalewa Daeng Mattayang (Regent Van Marusu’) diberhentikan dari jabatannya dengan tuduhan menggunakan dana pemerintahan untuk kepentingan perjuangan melawan Belanda.

Pada tahun 1864 di wilayah Lebbo’ Tengngae, La Mappintjara (Regent Van Camba) melakukan pemboikotan terhadap controlleur Belanda di Camba karena dipaksa menyiapkan warganya untuk dijadikan pengawal pribadi bagi setiap pegawai berkebangsaan Belanda. Tindakan heroic beliau ternyata diikuti oleh hampir seluruh regent yang ada di Maros.

0 komentar:

Posting Komentar