Panduan Pemahaman Syahadatain


الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، وبعد
Sebagai umat Islam, kita semua berkewajiban untuk memahami dan mendalami Syahadatain. Sebab dua kalimat syahadat adalah rukun Islam yang pertama. Dua kalimat syahadat adalah syarat keislaman kita. Dua kalimat syahadat adalah khulasah/ konklusi/ kesimpulan seluruh ajaran Agama Islam. Itulah posisi dan peranan yang sangat vital dari dua kalimat syahadat dalam Agama kita.
Rasulullah Saw bersabda :
بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَّإِلهَ إِلاَالله وَأَنْ مُحَمَّدًا رَسُولُ الله وَإِقَامِ الصَّلاَةِ
وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ وَحَجِّ البَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلاَ
“Agama Islam ini dibangun atas lima (rukun): persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan  shalat ( baca kiat Khusyu menegakkan shalat, menunaikan zakat, shaum pada bulan Ramadhan, dan haji ke Baitullah bagi orang yang mampu”
HR. Al-Bukhari.
Apa itu Syahadatain?.
Syahadatain / dua kalimat syahadat ialah :
أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّالله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
Jadi syahadatain mengandung dua persaksian, yaitu :
1Persaksian bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah (persaksian Tauhid )
2Persaksian bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah (persaksian kerasulan Muhammad saw)

Mengapa kita bersaksi ? Bukankah persaksian itu harus berdasarkan ilmu ?.
Ingatlah bahwa menjadi saksi itu ada konsekuensinya, ada resikonya!.
Itulah sebabnya, kita harus mempelajari syahadatain. Agar syahadat kita benar-benar kita pahami. Agar syahadat itu menjadi keyakinan yang tidak tergoyahkan. Agar syahadat kita benar-benar mendominasi dan mengerahkan kepribadian kita. Dan sebaliknya, bila kita tidak memahami syahadatain dengan benar, niscaya kita mengabaikannya. Akibatnya, syahadatain belum tertanam di hati kita sebagai keyakinan. Dampaknya, kita tidak melihat ada warna syahadat pada prilaku keseharian sebagian kita.
Olehnya itu, marilah kita mempelajari arti syahadatain, mendalami konsekuensi dan tuntutannya, memahami tindak lanjutnya menguasai pengamalannya. Inilah jalan peningkatan kualitas keislaman kita.
Di dalam al-Qur’an kita menjumpai kata syahadat yang berarti pengumuman/ penyampaian kepada masyarakat. Yaitu firman Allah swt.
فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
“Maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah). Surah ali-Imran : 64.
Pada Ayat lain kita menemukan kata syahadat yang berarti persaksian, yaitu memberi kesaksian tentang sebuah kebenaran :
حَتَّى إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ. وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا قَالُوا أَنطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Surah Fushshilat : 20-21.
Pada Ayat lain kita mendapatkan kata syahadat yang berarti pengakuan, persetujuan, dukungan :
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ
رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنْ الشَّاهِدِينَ
“Dan ingatlah, ketika Allah mengambil perjanjian dari para Nabi : sungguh, apa saja yang aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya. Allah berfirman : “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjianKu terhadap yang demikian itu?” Mereka menjawab : ”Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan aku menjadi saksi (pula) bersama kamu”. Surah ali-Imran : 81.
Pada Ayat lain ada kata syahadat yang berarti sumpah. Yaitu sumpah atas kebenaran ucapannya :
وَالَّذِينَ يَرْمُونَ أَزْوَاجَهُمْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ شُهَدَاءُ إِلاَّ أَنفُسُهُمْ فَشَهَادَةُ أَحَدِهِمْ أَرْبَعُ شَهَادَاتٍ بِاللَّهِ إِنَّهُ لَمِنْ الصَّادِقِينَ. وَالْخَامِسَةُ أَنَّ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَيْهِ إِنْ كَانَ مِنْ الْكَاذِبِينَ. وَيَدْرَأُ عَنْهَا الْعَذَابَ أَنْ تَشْهَدَ أَرْبَعَ شَهَادَاتٍ بِاللَّهِ إِنَّهُ لَمِنْ الْكَاذِبِينَ. وَالْخَامِسَةَ أَنَّ غَضَبَ اللَّهِ عَلَيْهَا إِنْ كَانَ مِنْ الصَّادِقِينَ
“Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la’nat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta. Isterinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah sesungghnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta, dan sumpah yang kelima : bahwa la’nat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar. Surah An-Nur : 6-9
Bila semua pengertian syahadat di atas kita terapkan pada ucapan dua kalimat syahadat kita, maka syahadatain kita itu berarti pengumuman, persaksian, minta untuk dipercaya, pengakuan, persetujuan, dukungan bahkan sampai sumpah atas kejujuran kita. Ini berarti syahadat itu tidak ringan, bukan main-main. Syahadat itu penuh dengan resiko, penuh tanggung jawab. Kesungguhan dan rasa tanggung jawab inilah yang ingin kita bangun dalam diri kita, setiap kali kita bersyahadat.
Sekarang, apa obyek syahadat kita? Apa yang kita umumkan itu? Apa yang kita akui itu? Apa yang kita bersumpah mengucapkannya? Yaitu :
لاَإِلهَ إِلاَّالله مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله
Obyek syahadat kita ialah Tauhidullah dan Risalah Muhammad saw.
Kita telah bersaksi, mengumumkan, menyetujui, mendukung, bersumpah bahwa tidak ada Tuhan yang boleh disembah selain Allah. Dan bahwa Nabi Muhammad saw itu adalah utusan Allah swt.
Syahadat itu berarti bahwa :
  1. Kita telah bersumpah tidak akan menyembah selain Allah.
  2. Kita telah bersumpah tidak akan mengikuti seseorang dalam mengatur pola pikir dan pola hidup, selain nabi Muhammad saw.
Syahadat ini berarti, kita harus mempelajari ilmu tauhid, agar kita dapat mengenal Allah dengan benar. Agar kita dapat menghindari perilaku yang bertentangan dengan syahadat kita. Kita juga harus mempelajari sejarah nabi Muhammad saw. Agar kita mengenal beliau. Agar kita mencintai beliau. Kita juga harus mempelajari hadits-hadits beliau yang shahih, agar kita memahami pola pikir dan pola hidup yang beliau amalkan dan beliau ajarkan. Agar kita dapat mengamalkan pola pikir dan pola hidup beliau.
Jadi kita harus belajar. Itulah pesan pertama dari syahadat kita. Tambahlah ilmu tentang syahadat. Carilah ilmu tentang syahadat. Karena ilmu yang benar adalah dasar pengamalan yang benar.
Selanjutnya, syahadatain harus diyakini. Syahadatain harus kita percaya dengan rasa kepercayaan yang tinggi, dan selalu kita ingat dan pegangi kapan dan di manapun kita berada.
Peneguhan keyakinan syahadat dan penghayatan kandungannya, itu adalah sumber kekuatan beribadah dan beramal shaleh. Sumber ketenangan dan kebahagiaan. Sumber motivasi peningkatan kualitas hidup yang berkesinambungan.
Marilah kita merenungkan penyebab kemalasan beribadah, penyebab kemalasan menghadiri pengajian, kemalasan mempelajari sejarah nabi Muhammad saw. Penyebab semua kemalasan itu ialah : kurang yakin pada syahadatain. Mengapa kita kurang yakin, padahal kita telah bersumpah pada kebenaran syahadat kita itu? Mengapa kita kurang yakin, padahal kita telah meminta Allah untuk menerima dan mempercayai syahadat kita?. Penyebabnya ialah: karena kita belum paham hakekat syahadat, kita belum rajin mempelajari syahadat dan kita belum menghayati syahadat itu.
Itulah sebabnya sehingga syahadatain itu kita baca setiap selesai wudhu’. Syahadat kita baca setiap kali kita mengikuti lafazh-lafazh adzan. Syahadat kita baca setiap kali kita tasyahud dalam shalat ( baca kiat Khusyu menegakkan shalat. Semua itu bertujuan untuk mengingatkan kita pada hakekat persaksian dan sumpah itu, semua itu adalah sarana peneguhan keyakinan dan motivasi diri untuk lebih rajin beribadah dan beramal shaleh.
Marilah kita mengingat kembali bahwa semua ibadah kita bertumpu pada syahadatain. Pola pikir dan pola hidup yang Islami, bertumpu pada syahadatain. Keyakinan pada rukun iman pun sesungguhnya bertumpu pada syahadatain.
Marilah kita memahami hakekat syahadatain dan mengamalkannya dalam hidup keseharian kita. Ikhlaskan niat. Sucikan tauhid. Ikuti sunnah Rasulullah saw. tingkatkan mujahadah. Lakukan tazkiyah. Rutinkan muhasabah.

0 komentar:

Posting Komentar