Danau Toakala
Danau toakala masih berada di dalam wilayah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Kab. Maros Sulawesi Selatan. Lokasinya jauh. Untuk anda pengunjung reguler, mungkin tidak akan tahu keberadaan danau ini. Apabila anda hanya bermain-main di sekitar air terjun, kolam renang dan wisma serta museum kupu-kupu, dijamin, anda tidak akan tahu keberadaan danau ini. Lokasinya sekitar 2,5 kilometer dari pintu masuk awal taman nasional. Petunjuk jelas untuk menuju ke Danau Toakala ini pun tidak ada. Untuk menuju ke danau ini, anda harus mengikuti petunjuk arah Gua Batu di ujung taman nasional. Dari tepi air terjun, naiklah deretan anak tangga yang menuju ke atas sumber air limpahan air terjun. Dari sini, anda akan mendapat pemandangan cantik, yakni air terjun dari atas. Lepas dari pemandangan air terjun, anda akan melihat sebuah sungai yang menjadi sumber mata air dari Air Terjun Bantimurung. Air tersebut tenang dan berwarna kehijauan, jalan yang saya lalui diapit oleh bukit karst yang menyempit. Serasa berjalan di tengah-tengah dasar lembah batu. Sinar matahari tidak seutuhnya mencapai tempat ini. Suasana hening, rimbun oleh pepohonan, beberapa kera terlihat di atas pepohonan di atas bukit sana. Keramaian tempat ini berkurang drastis dibandingkan air terjun di bawah sana. Walaupun demikian, beberapa pasangan pemuda-pemudi tampak duduk berduaan di bangku-bangku taman yang berada di jalan setapak yang saya lalui. Pacaran kali yach? Buat saya, suasana ini menambah kesan seram akan tempat ini.
Selepas dari dasar lembah karst, dengan masih di jalan setapak yang mulai hancur dan dirintangi oleh beberapa batang pohon yang tumbang, saya memasuki areal hutan. Lembah karst sudah tidak ada lagi. Yang ada hanyalah pepohonan pakis lebat yang agak berantakan saling tumpang tindih bahkan roboh menghalangi jalan setapak. Sinar matahari menyorot dari sela-sela pepohonan tersebut. Suasana masih tetap seram apalagi keheningan yang ada semakin menambah kesan tersebut. Keramaian jauh lebih berkurang walaupun di beberapa titik ada penjual makanan ringan yang membuka lapak sederhana di tempat ini. Agak aneh buat saya, kayaknya tidak semua orang akan berkunjung sampai jauh ke lokasi ini. Apa iya dagangan mereka akan laku? Saya melihat sejumlah dagangan tersebut bahkan sudah agak berdebu.
Menjelang ujung jalan, jalan setapak mulai melebar walaupun wujudnya sudah berupa jalan tanah seutuhnya. Jalanan disini terbagi dua, satu lurus dengan sedikit tangga, satu lagi ke kanan menurun. Jalan yang lurus adalah jalan menuju Gua Batu, tempat Makam Raja Bantimurung berada. Di ujung anak tangga tersebut terdapat sebuah kios kecil yang banyak terdapat sejumlah senter besar dengan seorang pria berjaga di dalamnya. Suasana masih tetap sama, berada di dalam rerimbunan pepohonan lebat. Pria tersebut menawarkan saya untuk masuk ke dalam Gua Batu guna melihat Makam Raja Bantimurung. Melihat kegelapan dan senter yang ditawarkan, saya langsung menggeleng menolak. Seperti yang sudah saya ungkapkan sebelumnya, saya tidak suka wisata kegelapan kalau masih bisa memilih. Saya tolak tawaran pria tersebut dengan halus dan saya beranjak menuju jalan ke arah kanan, menuju Danau Toakala.
Jalanan yang saya lalui berupa jalanan tanah. Dan tidak lama saya dihadang oleh pagar besi yang mengelilingi sebuah danau. Inilah Danau Toakala yang sekarang sudah sangat terlarang untuk dimasuki. Danau ini adalah danau penyuplai air untuk Air Terjun Bantimurung. Di kejauhan, terlihat air terjun kecil menyuplai air danau ini. Air danau ini berwarna kehijauan dan sangat tenang. Sekeliling danau ini ditumbuhi peopohonan yang sangat lebat. Danau ini juga berada di dasar lembah perbukitan karst.
Untuk anda yang menyukai keheningan dan ketenangan, mungkin disinilah tempatnya.
Selepas dari dasar lembah karst, dengan masih di jalan setapak yang mulai hancur dan dirintangi oleh beberapa batang pohon yang tumbang, saya memasuki areal hutan. Lembah karst sudah tidak ada lagi. Yang ada hanyalah pepohonan pakis lebat yang agak berantakan saling tumpang tindih bahkan roboh menghalangi jalan setapak. Sinar matahari menyorot dari sela-sela pepohonan tersebut. Suasana masih tetap seram apalagi keheningan yang ada semakin menambah kesan tersebut. Keramaian jauh lebih berkurang walaupun di beberapa titik ada penjual makanan ringan yang membuka lapak sederhana di tempat ini. Agak aneh buat saya, kayaknya tidak semua orang akan berkunjung sampai jauh ke lokasi ini. Apa iya dagangan mereka akan laku? Saya melihat sejumlah dagangan tersebut bahkan sudah agak berdebu.
Menjelang ujung jalan, jalan setapak mulai melebar walaupun wujudnya sudah berupa jalan tanah seutuhnya. Jalanan disini terbagi dua, satu lurus dengan sedikit tangga, satu lagi ke kanan menurun. Jalan yang lurus adalah jalan menuju Gua Batu, tempat Makam Raja Bantimurung berada. Di ujung anak tangga tersebut terdapat sebuah kios kecil yang banyak terdapat sejumlah senter besar dengan seorang pria berjaga di dalamnya. Suasana masih tetap sama, berada di dalam rerimbunan pepohonan lebat. Pria tersebut menawarkan saya untuk masuk ke dalam Gua Batu guna melihat Makam Raja Bantimurung. Melihat kegelapan dan senter yang ditawarkan, saya langsung menggeleng menolak. Seperti yang sudah saya ungkapkan sebelumnya, saya tidak suka wisata kegelapan kalau masih bisa memilih. Saya tolak tawaran pria tersebut dengan halus dan saya beranjak menuju jalan ke arah kanan, menuju Danau Toakala.
Jalanan yang saya lalui berupa jalanan tanah. Dan tidak lama saya dihadang oleh pagar besi yang mengelilingi sebuah danau. Inilah Danau Toakala yang sekarang sudah sangat terlarang untuk dimasuki. Danau ini adalah danau penyuplai air untuk Air Terjun Bantimurung. Di kejauhan, terlihat air terjun kecil menyuplai air danau ini. Air danau ini berwarna kehijauan dan sangat tenang. Sekeliling danau ini ditumbuhi peopohonan yang sangat lebat. Danau ini juga berada di dasar lembah perbukitan karst.
Untuk anda yang menyukai keheningan dan ketenangan, mungkin disinilah tempatnya.
0 komentar:
Posting Komentar