Jangan Lepaskan HambaMu Ini Yaa Allah

Setiap hari kita mengulang-ulangi lafazh   لا إله إلا إلله  setiap kali kita membaca syahadat, setiap kali kita mengikuti lafazh-lafazh adzan, setiap kali kita mengulang-ulanginya sebagai wirid, setiap kali kita membaca dzikir ba'da shalat, kita membaca:
لاَ إِلَهَ إِلاَ الله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
"Tidak ada Tuhan selain Allah, sendiriNya, tiada sekutu bagiNya. Hanya milikNyalah semua kekuasaan. Hanya milikNyalah semua pujian. Dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu". 
Bacaan ini kita ulangi 10 x setiap selesai shalat shubuh dan setiap selesai shalat maghrib.
Dianjurkan pula oleh Rasulullah Saw untuk kita ulang-ulangi paling tidak 100 X sehari, dengan balasan kebaikan yang sangat besar.
Kalimat tauhid لا إله إلا إلله dianjurkan untuk diulang-ulangi agar kalimat agung ini mendominasi pikiran, perasaan dan prilaku kita.
Untuk itu, maka pembelajaran لا إله إلا إلله  adalah keniscayaan. Pendidikan
لا إله إلا إلله adalah kewajiban. Pelatihan لا إله إلا إلله adalah keharusan. Tujuannya, agar kalimat suci ini benar-benar efektif menjadikan kita hamba sejati terhadap Allah semata.
Point ketiga dari pemahaman لا إله إلا إلله  ialah La Marghuba Illallah. Tidak ada yang diharapkan lebih dari Allah Swt.
Kalimat Tauhid لا إله إلا إلله  menanamkan keyakinan bahwa hanya Allah Swt harapan kita. Selain Allah, hanyalah harapan antara semata. Maksudnya, hanya Allah Swt harapan kita yang hakiki. Adapun harapan kita pada selain Allah Swt hanyalah pada harapan yang bersifat manusiawi/disanggupi oleh manusia merupakan penyalur bantuan Allah Swt untuk sampai kepada kita. Tidak benar, bila harapan kita kepada orang tua lebih besar dari pada harapan kita kepada Allah Swt. Tidak betul, bila harapan kita kepada atasan kita lebih besar dari pada harapan kita kepada Allah. Tidak Islami, bila harapan kita kepada dokter lebih besar dari pada harapan kita kepada Allah Swt. Tidak! Mereka semua itu hanyalah penyalur bantuan Allah Swt yang kita harapkan.
Allah Swt berfirman:
وإلى ربك فارغب

QS: Al-Insyirah: 8
Menggantungkan seluruh harapan hanya kepada Allah Swt itulah sebagian dari hakekat tawakkal. Karena tawakkal itu adalah sikap mengandalkan kemaha kuasaan Allah Swt atas segala sesuatu, lalu mengharapkan bantuanNya, dibarengi dengan kerja keras, ibadah dan do'a.
Inilah yang kita amalkan setiap kali kita keluar dari rumah, kita membaca dzikir dan do'a yang diajarkan oleh Rasulullah Saw:
بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِِ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ،
أَوْ أَزِلَّ أَوْأُزَلَّ، أَوْأَظْلِمَ أَوْأُظْلَمَ، أَوْأَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ
"Dengan Nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tak ada upaya dan tak ada kekuatan melainkan dengan Allah.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu bahwa aku tersesat atau disesatkan, atau aku tergelincir atau digelincirkan, atau menzhalimi atau dizhalimi, atau bodoh atau dibodohi (ditipu)"
Dzikir dan do'a ini sangat penting untuk kita amalkan. Apalagi, penghayatannya sangat efektif menguatkan rasa tawakkal kepada Allah Swt dan memotivasi kita untuk selalu berdo'a kepada Allah swt.
Bila kita merisaukan rasa malas yang sering menimpa kita untuk beribadah, seperti ibadah shalat fardhu yang dilaksanakan sendirian (tidak berjamaah), kebiasaan menunda-nunda pelaksaan shalat, malas shalat sunnah, jarang berdzikir dan berdo'a, lebih jarang lagi baca Al-Qur'an, Semua ini penyebabnya ialah rendahnya tingkat rasa harap kita kepada Allah Swt. Kita masih kurang yakin bahwa Allah Swt Maha Kuasa, Maha Pengatur, Maha Penyayang. Kita masih kurang yakin bahwa kita maha lemah dihadapan Allah Swt. Kita amat sangat membutuhkan pertolongan dan bantuan Allah Swt setiap saat. Kita masih kurang menghayati syahadat kita. Kita masih kurang menghayati kalimat tauhid, kalimat tahlil, لا إله إلا إلله . kita masih kurang menghayati kalimat Hauqalah:   . لا حول ولا قوة إلا بالله kita masih kurang menghayati kalimat takbir: الله أكبر .
Akibatnya, kita berada dalam kelalaian, kita sibuk dan terlalu sibuk mencari rezeki, memperbanyak harta, membangun kekayaan, bahkan kita sibuk dengan makanan, minuman, pakaian, perabot rumah, perbaikan rumah, kendaraan, hiburan, rekreasi, lalu lupa ibadah, malas tilawah, malas ikut pengajian, malas membaca tulisan tentang Islam, malas ngobrol tentang Islam. Astaghfirullah. Inilah kelalaian yang nyata, yang bila berlanjut, bisa menjadi kesesatan yang nyata. Na'udzubillah.
Mari kita merenungkan firman Allah swt:
إِنَّ الَّذِينَ لاَ يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ. أُوْلَئِكَ مَأْوَاهُمْ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ. إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ الأَنْهَارُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ. دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلامٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنْ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
"Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tentram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan. Do'a mereka di dalamnya ialah: "Subhanallahumma", dan salam penghormatan mereka ialah : Salam. Dan penutup do'a mereka ialah: "Alhamdulillahi Rabbil 'aalamin" (QS: Yunus: 7-10)
Ayat-ayat mulia ini jelas dan tegas memberi pemahan kepada kita, bahwa iman kita mendesak untuk diberdayakan untuk kesadaran yang berkesinambungan, untuk lebih mengutamakan akhirat dari pada dunia, untuk menggantungkan harapan sepenuh-penuhnya kepada Allah Swt semata, dan mengoptimalkan pendekatan kepadaNya secara konsisten.
Untuk mewujudkan hal ini dalam diri kita, penghayatan ibadah, penghayatan dzikir dan do'a, penting untuk segera kita lakukan.
Seakan kita berbicara dalam hati kita bahwa saya rukuk sujud di hadapan Allah Swt, karena saya sangat butuh bantuan Allah Swt saya meninggalkan kesibukanku untuk beribadah kepada Allah Swt, karena saya lebih mementingkan Allah Swt dari pada semua kesibukanku. Saya benar-benar mengharapkan kasih sayang Allah Swt. Saya berjuang untuk membuktikan ucapan takbirku: Allahu Akbar! Sehingga saya berusaha untuk memandang kecil semuanya, selain Allah Swt semata. Saya berjuang untuk tidak membesarkan pekerjaanku, tidak membesarkan pangkat, kedudukan, kekayaan, keturunan, rumah, kendaraan, dan segalanya, melebihi usahaku membesarkan Allah Swt satu-satuNya. Saya juga selalu berjuang untuk membuktikan keyakinanku pada ucapan Hauqalah: La Haula Wa La Quwwata Illah billah (Tak ada upaya dan tak ada kekuatan, kecuali dengan Allah Swt). Saya mengandalkan Allah Swt. Saya menggantungkan harapan kepada Allah Swt. Saya memperbanyak permintaan kepada Allah Swt sambil saya bekerja keras mencari nafkah, menata duniaku dengan cara yang halal dan tidak menghalangi Ibadah, tilawah, akhlaq, dzikir, do'a dan da'wah.
Pehayatan seperti ini, penting unuk kita lakukan secara konsisten. Sebab inilah jalan menuju peningkatan kualitas kepribadian muslim hakiki. Inilah jalan penghambaan kepada Allah semata. Inilah jalan Tauhid. Inilah jalan implementasi
لا إله إلا إلله .
Rasulullah mengajarkan kepada kita sebuah do'a yang mulia:
يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ يَاذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَمِ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ،
وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ.
"Wahai Tuhan yang Maha hidup. Wahai Tuhan yang mengurus makhluk. Wahai Tuhan pemilik kemuliaan dan kedermawanan. Dengan rahmatMu aku memohon pertolongan. Ya Allah, perbaikilah semua urusanku. Dan jangan serahkan aku kepada diriku, walau segejab mata".
Mari kita amalkan renungan ini. Lalu fastaqim (Beristiqamahlah)!




0 komentar:

Posting Komentar